BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sapi (Bison benasus L) merupakan
ternak ruminansia besar yang mempunyai banyak manfaat baik untuk manusia
ataupun tumbuhan, seperti daging, susu, kulit, tenaga dan kotoran. Selain itu
urinenya juga bisa dimanfaatkan. Urine sapi (Bison benasus L) bisa di buat
pupuk cair sebagai pestisida untuk tanaman. Penulis telah membuat pupuk cair
dan hasilnya cukup baik
Pembuatan pupuk cair dari urine sapi (Bison benasus L) ini
sangatlah mudah dan tidak membutuhkan waktu lama serta baik untuk tanaman
dibandingkan dengan pupuk buatan pabrik. Bahan yang digunakan untuk membuat
pupuk cair ini juga mudah di dapat dan biayanya relatif murah. Dengan adanya
pembuatan pupuk cair ini masyarakat diharapkan mau mencoba membuat dan
memakinya.
Produk yang dibuat ini mempunyai keunggulan tersendiri yaitu
harganya murah, pembuatannya mudah, bahan mudah didapat, dan tidak membutuhkan
waktu yang lama. Pupuk cair ini mengandung protein yang menyuburkan tanaman dan
tanah seperti padi, palawija, sayur-sayuran, buah-buahan, bunga dan lain-lain.
Produk ini berfungsi sebagai pengusir hama tikus, wereng, walang sangit, dan
penggerek serta sebagai sumber pupuk organik.
Pembuatan pupuk cair dari urine sapi (Bison benasus L) ini
membutuhkan bahan tambahan lainnya agar urine berkomposisis kimia yag baik.
Bahan tambahan ini seperti lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur,
brotowali, dan tetes tebu. Untuk lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur,
brotowali maksud penambahan bahan-bahan ini untuk menghilangkan bau urine
ternak dan memberikan rasa yang tidak disukai hama. Untuk tetes tebunya untuk
fermentasi urine sapi (Bison benasus L) dan menyuburkan mikroba yang ada di
dalam tanah, karena tetes ini mengandung bakteri Sacharomyces cereviceae.
Berdasarkan uraian tersebut penulis mengambil penelitian yang berjudul
"FERMENTASI URINE SAPI (Bison benasus L) SEBAGAI PUPUK CAIR UNTUK
MENINGKATKAN PRODUKSI PERTANIAN".
B. Pembatasan masalah
Urine sapi yang digunakan sapi (Bison benasus L) jantan jawa
dirumah Bapak Ridhiyanto desa Ngemplak, Kecamatan Ngadirojo Lengkuas, kunyit,
temu ireng, jahe, kencur, butrowali dibeli dipasar Ngadirojo
Tetes tebu dan starter atau bibit bakteri Sacharomycec
sereviceae dibeli di Bapak Panut sentra produksi Alkohol Bekonang.
C. Permasalahan
Apakah urine sapi (Bison benasus L) bisa dijadikan pupuk
cair untuk meningkatkan produksi pertanian?
D. Tujuan Penelitian
Untuk memanfaatkan urine sapi
(Bison benasus L) untuk dibuat pupuk cair untuk meningkatkan produksi pertanian
E. Manfaat Penelitian
Ø
Memanfaatkan limbah petarnakan khususnya urine
sapi untuk pupuk cair
Ø
Meningkatkan intensifikasi pertanian
Ø
Meningkatkan masyarakat untuk berwirausaha
sendiri
Ø
Untuk perkembangan teknologi pertanian
BAB II
LANDASAN TEORI
Siapa bilang air kencing sapi
merusak lingkungan. Buktinya, sapi di Sumatra Barat (Sumbar), tepatnya di
Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam. Air kencing dari satu ekor sapi mamp
menyuburkan sekitar empat hektare sawah yang setiap hektarenya bisa
menghasilkan enam hingga delapan ton padi atau gabah.Air kencing, ya tetap air
kecing, yang keluar dari alat vital sapi,. Kandungan kimia urine sapi adalah N
: 1,4 sampai 2,2 %, P: 0,6 sampai 0,7%, dan K 1,6 sampai 2,1. Namun sebelum
keluar dari tubuh sapi itu, makanan sapi harus direkayasa dulu. Awalnya, hasil
penemuan yang disebut sistem pupuk organik urine sapi (kosarin), semata-mata
memang bukan untuk menyuburkan tanaman atau tumbuhan. Melainkan untuk
menyuburkan sapi. Cara menggemukkan sapi ini dengan memberikan makanan jeram
dicampur garam dan enzym Bossdext (Setiono Hadi, 2004).
Peningkatan produksi jahe di Indonesia sangat diperlukan,
yang dapat dilakukan melalui perbaikan tehnik budidaya terutama pada fase awal
pertumbuhan tanaman. Penggunaan pupuk kandang dan urin sapi sebagai zat
pengatur tumbuh diharapkan mampu memperbaiki pertumbuhan tanaman jahe sehingga
produksinya meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
beberapa jenis pupuk kandang, pengaruh konsentrasi urin sapi dan interaksi
antara penggunaan beberapa macam pupuk kandang dan konsentrasi urin sapi
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jahe muda ( Hary Witriyono, 1993).
Budidaya tanaman kencur di pedesaan umumnya masih bersifat
sampingan. Maka tidak heran bila kuantitas dan kualitasnya beraneka ragam. Buku
ini menyajikan cara penanaman kencur agar dapat memperoleh hasil yang maksimal
( Rahmat Rukmana, 1994).
Brotowali adalah tanaman asli Asia Tenggara. Di balik
rasanya yang pahit,ternyatabrotowali mampu menyembuhkan berbagai jenis penyakit,
ringan dan berat, seperti diabetes mellitus, hepatitis, rematik, dan
gatal-gatal. Harapannya, dengan buku ini pembaca bisa mengaplikasikan atau
meramu sendiri resep-resep obat dari brotowali. Sebagai pelangkap, buku ini
disertai juga dengan pengalaman para penggunanya ( Budy Kresnady, 2003).
Kunyit sudah lama dikenal sebagai tanaman untuk bumbu dapur.
Selain itu, kunyit juga sudah turun temurun digunakan untuk menyembuhkan
berbagai penyakit. Akhir-akhir ini, kunyit juga sudah diolah secara modern
dalam skla industri sebagai bahan baku obat, kosmetik, dan pewarna tekstil.
Ramuan obat berbahan kunyit dijelaskan dalam buku ini dengan tujuan agar
pembaca dapat mengolah sendiri resep-resep tersebut ( Winarto, 2004).
Masyarakat semakin menyukai cara pengobatan atau pencegahan
gangguan kesehatan dengan bahan-bahan alami. Jahe, Kunyit, Kencur, dan
Temulawak merupakan bahan alami yang berkhasiat bagi kesehatan. Salah satu
bentuk penyajiannya adalah dengan dibuat menjadi minuman yang cepat saji dan
praktis, dengan kata lain dikemas dalam bentuk bubuk instan. Buku ini
memberikan informasi lengkap, mulai dari pengenalan komoditasnya, peralatan,
proses pembuatan, pengemasan, pemasaran, hingga analisis usaha instan jahe,
kunyit, kencur, dan temulawak ( Prastyo, 2003).
Temu-temuan dan empon-empon banyak dimanfaatkan untuk bumbu
masak, bahan minuman, bahan kosmetika, dan bahan obat/jamu tradisional.
Komoditas temu-temuan dan empon-empon saat ini tidak hanya dikenal di dalam
negeri melainkan juga di luar negeri. Dengan demikian, komoditas ini memiliki
prospek pasar yang sangat luas sehingga patut diperhitungkan oleh para petani
ataupun pemerintah
karena dapat mendatangkan pendapatan tambahan bagi petani
dan devisa bagi negara. Buku ini menyajikan aneka temu-temuan dan empon-empon,
baik yang sudah dikenal oleh masyarakat maupun yang belum, mulai dari
pengenalan masing-masing komoditas, budidaya, manfaat, dan khasiatnya (Fauzilah
Muhlisin, 1999).
Infeksi cacing tidak selalu menimpa anak-anak. Siapa pun
bisa terinfeksi bila pola hidupnya kurang higienis. Untuk mengusir cacing dari
saluran pencernaan kita itu bisa digunakan bahan-bahan alami di sekitar kita.
Di antaranya temu ireng (hitam) atau temu giring ( Aliadi, 1996).
Tetes atau ampas tebu adalah cairan kental sisa kristalisasi
dari pabrik gula. Badek adalah bibit fermentasi ciu yang diambil dari sisa
penyulingan ciu sebelumnya. Setelah diaduk, pada permukaan campuran bahan dasar
ciu akan keluar buih. Campuran bahan dibiarkan sampai tujuh hari sampai buih
menghilang, baru siap dimasak, Bagi pembuat ciu, kalau badek habis atau tak
sanggup menghasilkan buih pada campuran bahan ciu, berarti produksi mandek.
Hasil sulingan tetes tebu biasanya mengandung alkohol 30-45 persen. Produsen
ciu di Bekonang umumnya juga memproduksi alkohol 90 persen. “Alkohol itu
campuran tetes tebu yang disuling dua kali. Setelah jadi ciu, dimasak lagi,
ditambah zat kimia kostik. Jadinya alkohol 90 persen,.Dari 200 liter campuran
bahan akan menghasilkan 30 liter ciu setelah melewati tiga jam penyulingan. Kalau
tetesnya bagus uapnya keluar cepat. Kalau jelek bisa empat jam baru selesai,
Ciu paling jelek kandungan alkoholnya berkisar 25 persen. Hasil sulingan ciu
berwarna agak keruh ( Taman Kembang Pete, 2006)
Wibowo (1989) menyatakan bahwa fermentasi sering didefinisikan
sebagai proses pemecahan karbohidrat dari asam amino secara anaerobik yaitu
tanpa memerlukan oksigen. Karbohidrat terlebih dahulu akan dipecah menjadi unit
- unit glukosa dengan bantuan enzim a amilase dan enzim glukosidose, dengan
adanya kedua enzim tersebut maka pati akan segera terdegradasi menjadi glukosa,
kemudian glukosa tersebut oleh khamir akan diubah menjadi alkhohol.
Buckel (1987) menyatakan bahwa fermentasi adalah perubahan
kimia dalam bahan pangan yang disebabkan oleh enzim. Enzim yang berperan dapat
dihasilkan oleh mikroorganisme dan interaksi yang terjadi diantara produk dari
kegiatan – kegiatan tersebut dan zat – zat yang merupakan pembentuk bahan
pangan tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di dalam menyusun lapora ini penulis memperoleh
kesimpulan:Limbah cair peternakan khususnya urine sapi (Bison benasus L) dapat
digunakan sebagai pupuk cair dengan menambahkan bahan tambahan didalamnya
seperti lengkuas, kunyit, temuireng, jahe, kencur, brotowali, tetes tebu dan
starter Sacharomyces cereviceae. Dengan pupuk cair dari urine sapi (Bison
benasus L) ini mesyarakat dapat memanfaatkan limbah urine sapi (Bison benasus
L) dari peternakan sapi (Bison benasus L). Dengan pupuk cair dari urine sapi
(Bison benasus L) ini masyarakat dapat meningkatkan penghasilan dan dapat
berwirausaha
B. Saran
Harus ditingkatkan pengetahuan bioteknologi kita biar dapat
menghasilkan produk baru yang bermanfaat bagi manusia. Harus ada pembinaan
Karya Ilmiah Remaja di SMA Pancasila 1 Wonogiri secara berkelanjutan, untuk
meningkatkan Ilmu pengetahuan. Fasilitas LAB IPA khususnya Biologi perlu
dilengkapi, sehingga dalam praktek bisa berjalan dengan lancar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar